Di tengah hujan, sebuah sedan mewah berhenti di pinggir jalan. Pengendaranya adalah wanita setengah tua yang berdiri di samping mobilnya. Di bawah payung, wajahnya tampak pucat karena panik. Jalanan sepi. Beberapa menit kemudian, sebuah mobil pick-up tua terengah-engah melintas. Lalu berhenti persis didepannya.
Kemudian dari dalam pick-up tua tersebut keluarlah seorang pria muda dengan pakaian lusuh, lalu berkata “Ada yang bisa saya bantu Bu? Nama saya Joni.” Dengan rasa takut, curiga, dan khawatir, wanita tersebut memberitahukan masalahnya. Dan tak lama kemudian masalah ban pecah pun terselesaikan.
“Terima kasih Nak atas pertolongan mu. Saya mesti bayar berapa sebagai balas jasa?” si wanita bertanya.
Tetapi, Joni sama sekali tidak berpikir tentang uang, niatnya ikhlas untuk menolong yang membutuhkan. “Maaf Bu, sebaiknya berikan saja uang itu nanti kepada orang yang juga membutuhkan. Pada saat itu ibu bisa mengingat saya.” ujar Joni.
Singkat cerita, suatu hari wanita tersebut mampir di sebuah rumah makan di pinggir jalan. Ia dilayani oleh pelayan muda yang tengah hamil tua. Dalam hatinya, ia iba melihat sang pelyan yang masih saja bekerja meski sedang hamil tua. Sekelebat muncul bayangan si Joni yang telah menolongnya. Ketika sang pelayan masuk untuk membereskan piring, ia meninggalkan sepuluh lembar uang seratus ribuan di bangkunya.
Dan ketika kembali untuk membersihkan meja bekas wanita tersebut sang pelayan terperanjat melihat uang yang tertinggal di bangku. Ia menemukan selembar tisu diantara uang tersebut, dengan pesan “Terimalah uang ini. Jangan berpikir kamu berhutang budi kepadaku. Aku juga pernah ditolong orang sama sepertimu saat ini. Pesanku, jangan biarkan rantai kasih ini berhenti kepadamu.”
Malam harinya pelayan muda terebut tidak bisa tidur. Ia masih teringat pesan di tisu itu. Dalam hatinya, bagaimana wanita tersebut bisa tahu kebutuhannya. Ia saar setiap hari suaminya berjuang keras demi persalinannya yang semakin dekat. Kemudian ia melihat kearah suaminya yang sudah tertidur dan mencium keningnya sembari berkata “Mas Joni, tenang lah. Semuanya sudah beres.”