Pasti anda pernah membayangkan bagaimana sosok idaman anda. Entah itu tampan, cantik, kaya, bagaimana latar belakangnya, baik hati, dan lain sebagainya. Tapi pernahkah kita berpikir bagaimana -nantinya- hari-hari kita bersamanya.
Bayangkan, kita harus memilih seseorang yang akan hidup bersama kita dalam satu atap, dalam kondisi suka maupun duka, untuk waktu yang tak terbatas
. Untuk itu kita perlu mempertimbangkan delapan aspek menurut Ester Lianawati, yang saya kutip pada majalah intisari.
Pertama, kesamaan sesungguhnya dalam hal karakter, minat, dan nilai-nilai. Ketika kita tertarik kepada seseorang, kita akan mencoba untuk menjadi sama dengannya. Tanpa disadari disadari orang sering mengiyakan lawaan bicaranya. Mungkin maksudnya sekedar merespon, namun dapat disalah artikan sebagai persetujuan, yang kemudian kita asumsikan sebagai kesamaan. Jadilah kesamaan yang dimaksud hanya bersifat asumsi belaka, bukan sesungguhnya.
Padahal, kesamaan dapat menjadi prediktor yang lebih baik terhadap keberhasilan sebuah hubungan dibandingkan perbedaan. The opposite attracts but similarity attaches. Perbedaan mungkin akan memberikan sensasi lebih kuat, namun sifatnya temporer. Sedangkan kesamaan, khususnya dalam karakter dan nilai-nilai, akan menjaga hubungan dalam level nyaman. Penjelasannya simple saja, manusia lebih sulit menyikapi perbedaan ketimbang persamaan.
Kedua, Kemampuan menyelesaikan massalah. Sebanyak apapun kesamaan yang dimiliki, konflik dapat saja terjadi. Konflik bukan untuk dihindari namun diselesaikan. Jangan berpikir si dia adalah orang yang tepat bila belum terbukti dapat diajak besama-sama menyelesaikan masalah, apalagi jika Anda belum pernah bermasalah.
Ketiga, komunikasi. Terkait dengan penyelesaian konflik , komunikasi adalah aspek penting yang perlu dimiliki dalam sebuah relasi. Komunikasi juga penting untuk menjaga keintiman antarpasangan, dalam arti saling berbagi dengan menceritakan aktivitas, kejengkelan, maupun sukacita yang diraakan.
Keempat, kesempatan untuk tetap menjadi diri sendiri. Pasangan yang tepat tidak akan menuntut kita untuk berubah mengikuti kemauannya. Ia tidak akan mengusik keunikkan kita sebagai pribadi maupun wilayah privasi kita. Mengutip karya Gibran, " biarkan ada ruang di antara kebersamaan kalian. Biarkan angin surga berdansa ditengah kalian."
Kelima, Saling bertumbuh. Pasangan yang tepat adalah pasangan yang menyemangati kita untuk bertumbuh. Ia pun melihat kelebihan dan kekurangan kita , menerimanya, bahkan memadukannya menjadi titik kuat kita. Ia tidak akan menghambat kita untuk berkarya, melainkan turut membantu kita untuk menampilkan yang terbaik yang kita mampu.
Keenam, gairah. Gairah di sini tidak hanya bersifat seksual, namun lebih mengacu kepada keinginan kuat untuk bertemu dan melakukan aktivitas besama. dalam hal ini kita perlu belajar membedakan gairah dengan ketergugahan.
Ketujuh, Persetujuan dari orang terdekat. Bawalah si dia ke hadapan keluarga dan teman. Jika dia dapat menyesuaikan diri dan dapat diterima dengan baik, satu poin bertambah baginya. Kita perlu mengetahui penilaian orang-orang terdekat karena ketertarikkan dapat membuat seseorang tidak rasional. Namun ketidaksetujuan yang perlu diperhatikan adalah jika mengacu kepada karakter personal. Jika penolakkan keluarga disebabkan faktor eksternal yang diskriminatif, perbedaan etnis misalnya, si dia masih layak diperjuangkan.
Terakhir, satu tujuan. jika ketertarikkan itu ada, jika ketujuh aspek diatas sudah dimiliki, apa lagi yang ditunggu? Tetapkan satu tujuan hendak dibawa kemana hubungan Anda dengannya. Karena, kemungkinan besar dia adalah pasangan atau soul mate yang tepat bagi Anda.
0 komentar:
Posting Komentar
Dilarang keras:
1. Memancing keributan
2. Flaming
3. Spamming
4. Out of topic
5. Junk
6. Berkata kotor, kasar, menghina orang lain
7. Menghina agama
8. Memasang link hidup
Berkomentar, follow blog saya dan saya lakukan hal serupa dengan blog anda
Budayakan komentar berbobot !