Jumat, 12 Oktober 2012

PLN, Jangan Menjadi Perusahaan Lilin Negara

Perusahaan Lilin Negara, itulah lelucon sekaligus sindiran kepada PT. Perusahaan Listrik Negera. Penyebabnya pasti adalah kekesalan konsumen lantaran lebih sering lilin yang menyala ketimbang listrik yang mengalir. Tapi itu dulu.

Bayangkan saja jika PLN tidak ada. Apa jadinya nasib perekonomian Indonesia. Listrik bukan hanya digunakan oleh kalangan rumah tangga, tapi industri besar sekalipun tetap membutuhkannya. Bahkan
sebuah situs terkenal seperti blogdetik.com Detik.com pln.co.id sekalipun tetap membutuhkan listrik untuk menghidupkan server yang siaga 24 jam. Lalu, apa jadinya peralatan elektronik kita tanpa PLN?

blogdetik.com
Hasil Telesurvei Sederhana

Saya tergelitik untuk melakukan telesurvei sederhana dengan menggunakan social media facebook.  Rata-rata responden tersebut masih remaja, dan tinggal di berbagai daerah. Presentase antara responden pria dan responden wanita hampir sama, mayoritas adalah mereka yang berasal dari strata ekonomi menengah. Yang jelas mereka adalah facebooker.

Hasilnya, 60 % responden mengatakan bahwa kinerja PLN sampai saat ini sudah baik. Hal ini didasarkan kepada jarangnya pemadaman listrik dari hari ke hari. Memang, jika dibandingkan dengan Korea Selatan kita masih jauh tertinggal. Sisanya adalah mereka yang merasa belum puas dan acuh terhadap survei.



Panggilan Cepat

Anda pasti sudah sering melihat berita tentang kebakaran yang terjadi akibat hubungan arus pendek, atau akibat semerawutnya kabel-kabel listrik. Belum lagi jika Anda di rugikan oleh oknum PLN. Kepada siapa Anda akan melapor jika bukan kepada pihak PLN langsung.

Tidak ada salahnya PLN menerima curhatan dari pelanggannya, baik itu melalui akun twitternya (@PLN_123), melalui web resmi (www.pln.co.id & www.plnbersih.com), atau menyediakan call center. Misalnya ketika akan mengadu masalah pencurian listrik. Pelanggan cukup memberikan foto (bukti) lalu upload dan tag ke akun @pln_123. Selanjutnya PLN yang akan menindak lanjuti. Simple bukan?


Tak Perlu Nuklir, Surya-pun Jadi

Salah satu masalah yang dihadapi oleh PLN adalah kemarau. Bayangkan, jika waduk saja bisa mengering. Lalu bagaimana dengan nasib pembangkit listrik tenaga air?

Nasib kita tentu saja jangan dibandingkan dengan Korea Selatan. Selain hanya mengalami listrik padam kurang lebih hanya tiga menit dalam setahun. Selain itu, tidak hanya pelayanannya yang bagus, tetapi harga listrik disana juga murah, hanya sekitar Rp. 350 per Kwh. Maklum, Korea Selatan memiliki 20 pembangkit listrik tenaga nuklir.

Indonesia adalah negara tropis, dan untuk itulah perlu dikembangkan pembangkit listrik tenaga surya. Coba hitung seberapa luas total kaca gedung-gedung bertingkat yang ada di Jakarta. Dan bayangkan jika kaca-kaca tersebut adalah solar cell. I hope you know what I mean sir.

Kita Juga Korupsi

Selain harus berhadapan dengan masalah pembangkit listrik, PLN juga dihadapkan dengan ulah para oknum. Sudah bosan rasanya kita mendengar berita koruptor setiap hari. Basi memang, tapi apa boleh buat. Semuanya sudah menjadi budaya.

“Kejahatan terjadi bukan hanya kerena hanya ada niat pelakunya, tapi juga kesempatan” begitulah kata bang napi. Masyarakat sebetulnya memegang andil besar. Kita memeng tidak memegang kekuasaan, tetapi kita menciptakan akar korupsi.

Seperti, ketika ada seorang oknum yang menawarkan jasa instalasi listrik dengan memberikan uang pelicin. Sebenarnya tidak akan terjadi korupsi, jika saja kita bisa memulai dari diri kita sendiri. Dan jika Anda menemukan oknum seperti ini, lebih baik melaporkannya langsung kepada pihak PLN. Daan khusus bagi Anda yang berada di wiayah Jakarta dan Tangerang, Anda bisa menghubungi:
Telp. 0213454000 ext. 8307
Fax 021-3856761
E-mail : humasjaya@pln.co.id

Harapan Untuk PLN

Menurut saya, sampai saat ini PLN sudah bekerja secara maksimal. Semuanya bisa kita rasakan sampai detik ini. Belum lagi inovasi dan usaha peningkatan kuwalitas yang dilakukan. Namun ada yang sedikit mengganjal. Yaitu sosialisai.

Segila apapun trobosan yang Anda buat, tanpa pelanggan, tanpa orang yang tahu hal gila apa yang sedang Anda buat, semuanya percuma. Sama seperti ketika ada wacana kenaikkan tarif dasar listrik yang sebenarnya itu digunakan untuk pelanggan itu sendiri. Tanpa pemberitahuan, tanpa sosialisasi, itu akan dianggap simbiosis parasitisme.

Bukan cuma masalah kenaikkan listrik. Sosialisasi listrik pintar juga perlu, mengapa? Karena masih banyak ibu-ibu yang menganggap listrik prabayar jauh lebih boros ketimbang listrik pasca bayar. Selain itu, para ibu-ibu ini juga tidak begitu banyak mengetahui kelebihan menggunakan listrik prabayar. “Kita juga perlu sebuah seminar”, kurang lebeh seperti itulah kata yang keluar ketika saya bertanya langsung kepada ibu saya.

Terakhir, saya harap PLN mampu menjadi mitra masyarakat. PLN bisa bekerjasama dengan msyarakat untuk membangun pembangkit listrik yang ramah lingkungan. Bersama membuat sebuah inovasi baru agar PLN tidak menjadi perusahaan llilin negara.

4 komentar:

  1. mendhing masih "lilin", daripada "letoy".

    PLN, disayang sekaligus dibenci. disayang karena memang cuma dia yang bisa berbuat banyak untuk penerangan (meski karena monopoli), dibenci kalo byar pet dan naik tarif.

    BalasHapus
    Balasan
    1. yup, tanpa sosialisasi itu akan dianggap simbiosis parasitisme.
      sebenarnya kenaikkan tarif listrik itu sendiri kembali untuk masyarakat lho mas ^_^

      Hapus

Dilarang keras:

1. Memancing keributan
2. Flaming
3. Spamming
4. Out of topic
5. Junk
6. Berkata kotor, kasar, menghina orang lain
7. Menghina agama
8. Memasang link hidup

Berkomentar, follow blog saya dan saya lakukan hal serupa dengan blog anda
Budayakan komentar berbobot !